Follow Us @ciliunj


Sabtu, 28 September 2019

LZR KILUA HOLMES, CHAPTER 1 : STUDY IN PINK (PART 2)

September 28, 2019 0 Comments

-
          RINCIAN MERAH MUDA 




          Jam menunjuk angka 12, kami bergegas menuju masjid untuk melaksanakan solat zuhur. Setelah itu kami pergi menuju kantin, Ia membeli teh hangat lagi, matanya seperti tertuju kepada seseorang di tengah-tengah kerumunan. Setelah meneguk air teh terakhir, ada seorang wanita yang menghampiri kami. Ternyata dari dekat wajahnya amat bersinar, dibarengi sikap tubuh yang tegap, serta gaya berjalannya yg lihai, dan tak salah lagi itu wanita yang memakai mantel pink tadi, terlihat dari jam tangan berwarna pink, ia mengenakan pakaian olahraga.
Holmes hanya memasang wajah yg biasa, kupikir Ia sudah menebaknya bahwa akan ada yg datang menghampiri kami.
“Holmes aku butuh bantuan mu!” sambarnya wanita itu dengan nafas yang terengah-engah
“Ada apa memangnya?”
“Aku telah kehilangan barang didalam tasku, aku blum mengatakannya pada siapapun, karna aku baru menyadari beberapa menit yg lalu, dan aku bergegas mencari mu.”
“tolong kamu tenang, saya akan membantu kamu sebisa mungkin, tolong jelaskan kejadian rincinya.”
Aku pun membelikan air putih dan menyuruhnya untuk minum agar membuatnya menjadi tenang.
“Waktu tadi pagi, aku sampai dikelas melepas mantel, dan mengecek isi didalam tasku, karna aku takut air masuk kedalam tas dan membuat seisi tas ku menjadi basah. Kulihat semua aman-aman saja, dan barang-barang bawaan ku masih lengkap. Isi didalam tasku ada buku pelajaran, buku gambar, dan peralatan untuk merias wajah. Disaat waktu istirahat siang tadi, aku dan teman-teman ku pergi ke masjid dengan membawa tas, karna ada barang berharga yg harganya cukup mahal, yaitu make up yang ku punya.”
“apa teman-teman mu tau kau membawa peralatan itu?” tukas holmes yang memotong pembicaraan
“iya, karna tadi sempat aku keluarkan.”
“Lalu setelah solat, kami ke kantin untuk membeli makanan. Setelah itu kami menuju kamar mandi mengganti seragam olahraga, kira-kira pukul 12:35. Di kelas kami, setiap pelajaran olahraga, kami selalu memulai kelas lebih awal, pukul 12:47 kami sampai dilapangan. Sesampainya di lapangan aku kembali melihat isi tasku, dan semua masih aman. Sampai aku taruh di pinggir lapangan lalu ku tinggalkan tas itu untuk membersihkan air yg tergenang dilapangan. Beberapa menit kemudian aku lihat tasku sudah terbuka sletingnya, dan benar saja perkiraanku, alat-alat rias ku telah hilang.”
“Disaat kamu mengganti baju, apa kamu menitipkan tas kepada teman mu?”
“Tidak, aku membawanya masuk bersamaan dengan pakaian olahraga didalamnya.” tegas wanita itu
“Saya perlu ke tempat kejadian, untuk meyelidiki lebih detail apa yang sebenarnya terjadi, sebelum boleh saya tau siapa nama mu?” ucap holmes dengan perkataan yang santun
“irina” jawab wanita itu.
“Kau tidak keberatan kan untuk ikut ian?” ucap holmes.
“Tidak sama sekali” jawab ku.

Tbc.

LZR KILUA HOLMES, CHAPTER 1 : STUDY IN PINK (PART 1)

September 28, 2019 0 Comments

-        HUJAN DAN HOLMES 




          Suasana dipagi hari yang amat sunyi dari berisiknya suara kendaraan bermotor menjadi fenomena yang menarik untuk dipandang. Akan tetapi suara rintihan air yang deras menggantikan peran sebagai penghias dipagi hari ini. Lingkungan sekolah pun diselimuti oleh udara yg begitu dingin. Para siswa  mulai berdatangan dengan memakai payung atau mantel yang masih dikenakannya hingga menuju kelas. Akan sangat menarik menikmati suasana ini dari lantai atas gedung, bersama seorang sahabat yang hanya terdiam sambil menyedekapkan kedua tangannya dikarenakan udara dingin dipagi hari.
“Kau lihat yan, mereka begitu terburu-buru untuk memasuki kelasnya masing-masing, terutama wanita bermantel pink itu.” celoteh holmes sambil memerhatikan mereka.

“Ya, mungkin karna mereka terlambat.”  balasku yang sama-sama melihat keadaan sekitar.
“Bukan yan,  coba kau perhatikan caranya berjalan dengan cepat, sangat lihai bukan? dan kedua tangannya terayun-ayun yg menimbulkan rasa resah pada saat ini, dia adalah seorang model dari jurusan busana butik.”
“Tapi kenapa ia amat terburu-buru padahal jam baru menunjukan angka 6.”
“Tentu saja resah dengan apa yg dikenakannya, dia biasa memakai pakaian yg berkain seperti model umumnya, dia tidak suka memakai mantel karna jarang dikenakannya, dengan menunjukan keresahannya pada gerak tubuhnya, dan cara lihai nya berjalan, serta mantel yg amat terlihat feminim, deduksi ku dia adalah seorang model di sekolah ini.”


Analisa selalu dilakukan oleh si detektif amatiran ini, Ia suka menganalisa hal-hal yg kecil. Menurutnya, terkadang hal kecil akan menjadi menarik bila diperhatikan dengan teliti. Perbincangan kecil itu diakhiri dengan suara bel, menandakan kelas akan segera dimulai. Tak lama kemudian, seorang guru datang dan kegiatan belajar mulai dibuka. Selama kegiatan belajar, Lazarus holmes tak banyak bicara soal materi yang diberikan, dia seperti terlarut kedalam suasana alam sekitar, menyatu dengan apa yang terjadi ditempat ini.
“Lazarus kilua holmes?” ucap bu guru memanggil nama panjangnya
“iya bu saya!” tukas holmes dengan cepat
“ini bukumu yg blum kamu ambil dimeja ibu kemarin, nanti setelah ini kamu temui ibu ya di ruangan.”
“baik bu.”

Setelah bel berbunyi holmes langsung mengajakku, aku sudah mengira kalau dia akan pergi ke ruang guru, ternyata dugaanku meleset, kami pergi ke kantin terlebih dahulu. Disana dia hanya membeli teh, untuk mengahangatkan kondisi tubuhnya, lalu bergegaslah kami menuju ruang guru dan menemui bu galuh. Bu galuh adalah wali kelas kami. Akhir-akhir ini Ia sering menemui bu galuh, entah karna hal apa, aku tidak terlalu peduli dan memang hanya urusan antara dia dan bu galuh.
“Ada apa bu memanggil saya?” Lanjut holmes setelah mengucapkan salam
“Ini soal teman-teman dikelas mu, apa ada masalah dengan kegiatan sekolah?”
“Tidak ada bu, semua sudah ada dikelas sejak pagi, meskipun hujan, semangat mereka untuk belajar tidak pudar sedikit pun, bukan begitu yan?”
“i..iya bu..” jawab ku sambil menatap bu galuh
“Saya sengaja mengajak ian, untuk beberapa alasan bu.” menyambar setelah aku bicara
Selepas dari ruang guru, aku heran alasan apa yang dimaksud. Tak dipungkiri lagi, aku bertanya dengannya selama diperjalanan menuju kelas.
“Aku akan sangat membutuhkan bantuan mu untuk apa yg dibicarakan bu galuh tadi.”

Dengan jawabannya yg seperti itu aku bisa mengerti, alasan itu akan aku temukan seiring berjalannya waktu. Sesampainya kami dikelas, kami membuka teh yg masih membuat kepulan uap diatas gelas untuk dinikmati dan menunggu guru untuk jam pelajaran berikutnya


Tbc.

Jumat, 27 September 2019

AESAN

September 27, 2019 0 Comments

AESAN



Sore ini, Aku duduk di kursi taman dekat Sungai Musi bersama suamiku, Mas Okka. Menikmati indahnya senja dan semilir angin yang berhembus. Aku bersandar di bahunya, tangannya yang kekar memelukku lembut. Tidak banyak yang kami bicarakan, hanya percakapan ringan. Kemudian hening. Hanya suara angin dan pengunjung lain yang terdengar.
“Sudah semakin sore. Ayo kita pulang,” ajak Mas Okka sambil melihat jam tangannya.
“Sebentar lagi boleh? Sampai matahari terbenam dan senja telah hilang.”
“Baiklah.” Katanya pasrah. Hening lagi sejenak.
“Mas...”
“Ya, sayang?”
“Apakah aku harus mengenakan pakaian adat Palembang diresepsi pernikahan kita nanti?” tanyaku. Memulai obrolan yang sempat tertunda dan nyaris memicu pertengkaran antara Aku dengan Mama, Ibu Mertuaku.
“Tentu saja, mengapa tidak?” Aku terdiam.
“Hey, ada apa denganmu? Apa kamu tidak ingin mengenakannya?” tanyanya lagi.
“Bukan tidak ingin. Aku hanya membayangkan akan betapa sulitnya untuk bergerak dengan hiasan kepala yang cukup berat serta pakaian yang tebal dan panas. Ditambah lagi Aku yang suka mengeluh akan sangat merepotkanmu nantinya.” kataku sedih.
Mas Okka tersenyum. “Oh, ternyata itu yang mengganggu pikiranmu.” Aku menatapnya dan mengangguk, kemudian tertunduk lesu.
“Atau.. tentang Ibuku yang sedikit memaksamu mengenakan pakaian itu?” Aku tidak menjawabnya. Seolah mengerti, Mas Okka menyentuh daguku dan membawaku kembali menatap mata coklat indahnya.
“Oseana, sayangku.. Maafkan Ibuku yang bersikap seperti itu padamu. Tapi Ibuku melakukannya untuk kebaikanmu. Untuk kebaikan kita. Ia ingin melakukan hal yang terbaik dihari pernikahan anaknya. Termasuk dihari pernikahanku.”
“Jika kamu merasa terpaksa untuk mengenakan pakaian itu karena Ibuku, kenakanlah pakaian itu untukku, Sean. Kenakan dengan cinta dan kesungguhan. Seperti kamu mencitaiku dengan kesungguhanmu.” lanjutnya sambil mengeratkan pelukan.
Aku terenyuh mendengarnya. “Iya, Mas.” Jawabku.
“Ayo kita pulang. Senja sudah hampir menghilang dan hembusan angin semakin menusuk. Aku ingin kita sampai di rumah sebelum senja benar-benar hilang.” ajaknya dengan menarik jemariku dan menggenggamnya erat.

- Hari Resepsi Pernikahan -

“Selesai!” seru seseorang yang berdiri di belakangku. Aku memanggilnya Lea. Ia adalah sahabat karibku sejak kami sekolah dasar. Ia juga sedang bekerja sebagai seorang perias pengantin yang cukup terkenal.
Pagi ini, Aku duduk dengan posisi tegak tepat di depan meja rias bersama Lea. Mematut diriku di cermin dan melihat betapa indahnya riasan wajah yang Lea torehkan di wajahku. Sempurna.
“Sungguh?” tanyaku sambil tersenyum.
“Belum. Kau belum mengenakan pakaian pengantinmu, Sean. Tunggu sebentar, Aku akan mengambilnya.” Jawab Lea, lalu pergi.
Tidak lama Lea datang. Ia sedikit kewalahan untuk membawa pakaian dan perkengkapan yang akan Aku kenakan. Aku hanya diam.
“Mengapa kau diam, Sean? Ada sesuatu yang tidak membuatmu nyaman?” sambil meletakkan pakaian itu di atas tempat tidur yang berada tepat di sebelah meja rias.
“Ah.. Tidak ada, Lea. Aku baik-baik saja.” Aku menoleh dan menatapnya.
“Kau tahu? Kau tidak akan bisa berbohong padaku, Sean.” Aku kembali terdiam. Tidak ingin menjawabnya.
“Baiklah, jika kau tidak mau mengatakannya. Aku tidak akan memaksa, tapi maafkan aku karena aku sudah mengetahuinya lebih dulu.” kata Lea.
Aku terkejut. “Apakah Mama yang memberitahumu? Apa yang Ia katakan?” tanyaku penasaran.
“Itu tidak penting, Sean. Tugas utamaku di sini adalah meriasmu agar kau terlihat menawan hari ini. Jika perlu aku akan membuat Okka tidak mengenalimu. Hahaha..” Aku pun tertawa. Kemudian kembali memandangi diri di cermin.
Lea memulai tugasnya dengan memasangkan segala hiasan kepala. Ia menatapku melalui cermin, memegang bahuku dan berkata, “Sean, aku ingin menjelaskan beberapa hal tentang pakaian ini padamu. Satu per satu. Setelah itu aku harap kau akan mengerti mangapa Tante Ina mengharuskanmu mengenakan pakaian adat Palembang ini.”
“Apa maksudmu?”
“Kau hanya perlu mendengarkanku,” titah Lea.
“Baiklah.”
“Yang pertama, hiasan kepala. Diawali dengan Gelung Malang. Gelung Malang adalah rambut yang digulung membentuk garis horizontal melengkung (seperti sanggul), dipasang di
belakang kepala untuk memberi kesan kerapian dan makna bahwa perempuan Palembang merupakan sosok yang anggun, mengutamakan kerapian, dan mempunyai rasa ketenangan dalam menghadapi sesuatu.”
“Tapi Aku bukan perempuan Palembang, Lea,” sahutku.
“Kau memang bukan perempuan Palembang. Namun, kau telah menjadi bagian dari Palembang, Sean.” jawabnya jelas. “Dan bisakah kau mendengarku lebih dulu?” Aku mengangguk cepat.
Setelah memasangkan Gelung Malang, Lea mengambil hiasan kepala yang lain dan menujukkannya kepadaku.
“Kemudian Bungo Rampai. Mempunyai bentuk seperti Bunga Cempaka yang mempunyai tangkai terbuat dari emas. Bungo Rampai juga memiliki nilai religius yaitu manusia harus menutup aurat dari lawan jenis yang bukan muhrimnya.” Jelasnya padaku sambil memasangkan hiasan itu di atas kepalaku.
“Ini Gandik. Ikat kepala yang terbuat dari kain beludru berwarna merah dan dihiasi ornamen. Gandik sendiri mempunyai makna ketenangan hati dan fikiran. Aku ingin kau menjadi seperti itu, Sean.” Aku membantu Lea mengikatnya dengan cara menahan Gandik di keningku.
“Bagian kepalamu sudah selesai. Berdirilah, agar aku bisa membantumu mengenakan pakaiannya.” Pinta Lea. Aku perlahan berdiri, mulai merasakan betapa beratnya hiasan di kepalaku.
“Selanjutnya adalah bagian tubuh yaitu pakainannya. Yang pertama, kain Songket. Songket merupakan kain tenun khas Palembang yang memiliki motif geometris abstrak murni dengan pengulangan garis zig – zag, biasa disebut motif Tumpal. Motif ini memiliki simbol keramahan, ketertiban, dan saling menghormati antar sesama.” Ujarnya sambil membantuku mengenakan kain Songket. Ada 2 kain, yang pertama untuk tubuh bagian atas dan yang lainnya untuk tubuh bagian bawah. Lea melakukannya dengan sangat telaten, seperti memakaikan sarung yang kemudian dililitkan di tubuhku.
“Kemudian Teratai, penutup dada dengan hiasan Bunga Teratai yang memiliki simbol harus mempunyai rasa kesabaran dan ketabahan hati dalam hal apapun.” Lea segera mengalungkan Teratai itu hingga menutup dadaku.
“Setelah ini, ada bagian yang paling aku sukai.” seru Lea.
“Apa itu?”
“Memasangkan perhiasan yang khas dari pakaian ini.”
“Oh, Lea.. Apa masih ada banyak yang harus aku kenakan?”
“Tinggal sedikit lagi, Sean. Aku hanya tinggal memakaikan perhiasan dan sandalnya padamu.” Aku rasa Aku mulai gerah dan sedikit berkeringat.
“Perhiasannya terdiri dari sebuah kalung tiga susun dengan ornamen berbentuk kepala kerbau yang memiliki fungsi estetis disebut Kebo Munggah, kemudian Gelang Gepeng yang berbentuk bulat tipis dengan hiasan bunga dan tumbuhan. Selain itu, ada Gelang Sempuru berbentuk bulat pipih dan terbuat dari lapisan emas atau kuningan, dan Gelang Ulo Betapo berbentuk bulat dengan ornamen kepala ular di sekeliling gelang. Memiliki bentuk yang sama baik laki – laki maupun perempuan. Semuanya mengandung nilai sosial berupa rasa persatuan, saling menguatkan, dan menjaga kerukunan.” jelasnya sambil memasangkan perhiasan itu satu per satu.
“Dan yang terakhir sebuah sandal yang memiliki nama Canela. Canela merupakan alas kaki seperti trompa atau slop dengan simbol bahwa saat melangkah dalam menempuh makna kehidupan, kita harus mempunyai pelindung diri yaitu agama.” Lea meletakkan sepasang sandal di depan kakiku. Perlahan, Aku memakainya.
“Sean, kau tahu? Pakaian ini bernama Aesan Gede. Aesan yang berarti hiasan dan Gede yang artinya kebesaran (kerajaan). Jadi, Aesan Gede (Hiasan Kebesaran) merupakan pakaian yang sering digunakan oleh seorang bangsawan pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Aesan Gede juga merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang memperlihatkan keagungan, kemewahan, dan keanggunan.” katanya sambil menggenggam tanganku untuk meyakinkan.
“Dengan kata lain, Tante Ina menginginkanmu menjadi putri untuk putra mahkotanya. Ia juga ingin kau memahami makna di setiap bagian pakaian ini.” Aku ingin menangis mendengarnya. Aku bahkan tidak pernah mengira bahwa akan ada banyak makna dan pesan tersirat di balik pakaian ini.
Tok. Tok. Tok. Klek.
Pintu kamar terbuka. Terlihat Mama berdiri di sana dengan anggun dan senyum cerah yang merekah di wajahnya.
“Lea, apakah menantu tante sudah siap untuk bertemu suaminya?” tanya Mama antusias.
“Tentu. Ia bahkan sudah sangat siap,” seru Lea dan tersenyum kearahku.
“Terima kasih, Lea.” kataku sungguh-sungguh.
“Tentu. Ini sudah menjadi tugasku.” jawabnya ambil menuntunku berjalan ke arah Mama.

Kamis, 26 September 2019

PENDAHULUAN LZR KILUA HOLMES

September 26, 2019 2 Comments
PENDAHULUAN
LZR KILUA HOLMES




Inilah petualangan pertama Lazarus kilua holmes dan sahabatnya Ianur. Berawal dari sebuah sekolah kejuruan di bintara, mereka kedatangan seorang klien untuk mengungkap kasus kriminalitas yang sulit ditebak siapa dalangnya. Telah terlihat dari kasus-kasus kecil data demi data diperoleh untuk mengungkap kasus kriminalitas terunik yg pernah ada dimana tindak kriminal tersebut di latar belakangi oleh orang yang masih berumur hijau

Lazarus Holmes dengan sigap mencoba mengurai semuanya. Melacak jejak pelaku, bukti-bukti yang ada di sekitar kejadian, juga motif tindakan kriminal. Bagaimana cara sang detektif muda ini melakukan pekerjaan sampingannya? Juga apa reaksi Ianur saat mengikuti holmes dalam kasus pertama ini?

The beginning of lazarus holmes: A Study in Pink menceritakan segala mula petualangan duet dari Lazarus Holmes dan Ianur. Pengenalan kedua karakter tersebut dibeberkan dengan detail, juga tentang alur yang maju mundur dan motif kejadian kriminal yang sedang ditangani mereka. Tak ada yang mustahil untuk diungkap oleh seorang Lazarus holmes

Tbc.